Dikutip dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
BAB III
PENETAPAN JENIS
TUMBUHAN DAN SATWA
Pasal 4
(1) Jenis tumbuhan
dan satwa ditetapkan atas dasar golongan:
a. tumbuhan dan
satwa yang dilindungi;
b. tumbuhan dan
satwa yang tidak dilindungi.
(2) Jenis-jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a adalah sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Perubahan dari
jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi menjadi tidak dilindungi dan sebaliknya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri setelah mendapat pertimbangan Otoritas Keilmuan
(Scientific Authority).
Pasal 5
(1) Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib
ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila telah memenuhi riteria:
a. mempunyai
populasi yang kecil;
b. adanya
penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam;
c. daerah
penyebaran yang terbatas (riteri).
(2) Terhadap jenis
tumbuhan dan satwa yang memenuhi riteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilakukan upaya pengawetan.
Pasal 6
Suatu jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi dapat diubah statusnya menjadi tidak
dilindungi apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu
sehingga jenis yang bersangkutan tidak lagi termasuk kategori jenis tumbuhan
dan satwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).
Dari peraturan
tersebut jelas bahwa suatu jenis tumbuhan dan satwa termasuk dlam golongan yang
dilindungi apabila telah memenuhi criteria seperti populasinya yang kecil,
adanya pengurangan yang signifikan dari jumlah
individu yang hidup dan daerah penyebarannya terbatas.
Berikut ini adalah
daftar burung yang dilindungi di Indonesia.
Daftar tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.
(Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tanggal 27 Januari 1999)
No.
|
Nama Ilmiah
|
Nama Indonesia
|
1
|
Accipitridae
|
Burung alap-alap, Elang
(semua jenis dari famili Accipitridae)
|
2
|
||
3
|
||
4
|
Alcedinidae
|
Burung udang, Raja udang
(semua jenis dari famili Alcedinidae)
|
5
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Brencet wergan
|
6
|
Anhinga melanogaster
|
Pecuk ular
|
7
|
Aramidopsis plateni
|
Mandar Sulawesi
|
8
|
Argusianus argus
|
Kuau
|
9
|
Bubulcus ibis
|
|
10
|
Bucerotidae
|
Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng
(semua jenis dari famili Bucerotidae)
|
11
|
Cacatua galerita
|
Kakatua putih besar jambul kuning
|
12
|
Cacatua goffini
|
Kakatua gofin
|
13
|
Cacatua moluccensis
|
Kakatua Seram
|
14
|
Cacatua sulphurea
|
|
15
|
Cairina scutulata
|
Itik liar
|
16
|
Caloenas nicobarica
|
Junai, Burung mas, Minata
|
17
|
Casuarius bennetti
|
Kasuari kecil
|
18
|
Casuarius casuarius
|
Kasuari
|
19
|
Casuarius unappenddiculatus
|
Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning
|
20
|
Ciconia episcopus
|
Bangau hitam, Sandanglawe
|
21
|
Colluricincla megarhyncha
|
Burung sohabe coklat
|
22
|
Crocias albonotatus
|
Burung matahari
|
23
|
Ducula whartoni
|
Pergam raja
|
24
|
Egretta sacra
|
Kuntul karang
|
25
|
Egretta spp.
|
Kuntul, Bangau putih
(semua jenis dari
genus Egretta)
|
26
|
Elanus caerulleus
|
Alap-alap putih, Alap-alap tikus
|
27
|
Elanus hypoleucus
|
Alap-alap putih, Alap-alap tikus
|
28
|
Eos histrio
|
Nuri Sangir
|
29
|
Esacus magnirostris
|
Wili-wili, Uar, Bebek laut
|
30
|
Eutrichomyias rowleyi
|
Seriwang Sangihe
|
31
|
Falconidae
|
Burung alap-alap, Elang
(semua jenis dari famili Falconidae)
|
32
|
Fregeta andrewsi
|
Burung gunting, Bintayung
|
33
|
Garrulax rufifrons
|
Burung kuda
|
34
|
Goura spp.
|
Burung dara mahkota, Burung titi,
Mambruk (semua jenis dari genus Goura)
|
35
|
Gracula religiosa mertensi
|
Beo Flores
|
36
|
Gracula religiosa robusta
|
Beo Nias
|
37
|
Gracula religiosa venerata
|
Beo Sumbawa
|
38
|
Grus spp.
|
Jenjang (semua jenis
dari genus Grus)
|
39
|
Himantopus himantopus
|
Trulek lidi, Lilimo
|
40
|
Ibis cinereus
|
Bluwok, Walangkadak
|
41
|
Ibis leucocephala
|
Bluwok berwarna
|
42
|
Lorius roratus
|
Bayan
|
43
|
Leptoptilos javanicus
|
Marabu, Bangau tongtong
|
44
|
Leucopsar rothschildi
|
|
45
|
Limnodromus semipalmatus
|
Blekek Asia
|
46
|
Lophozosterops javanica
|
Burung kacamata leher abu-abu
|
47
|
Lophura bulweri
|
Beleang ekor putih
|
48
|
Loriculus catamene
|
Serindit Sangihe
|
49
|
Loriculus exilis
|
Serindit Sulawesi
|
50
|
Lorius domicellus
|
Nori merah kepala hitam
|
51
|
Macrocephalon maleo
|
Burung maleo
|
52
|
Megalaima armillaris
|
Cangcarang
|
53
|
Megalaima corvina
|
Haruku, Ketuk-ketuk
|
54
|
Megalaima javensis
|
Tulung tumpuk, Bultok Jawa
|
55
|
Megapoddidae
|
Maleo, Burung gosong
(semua jenis dari famili Megapododae)
|
56
|
Megapodius reintwardtii
|
Burung gosong
|
57
|
Meliphagidae
|
Burung sesap, Pengisap madu
(semua jenis dari famili Meliphagidae)
|
58
|
Musciscapa ruecki
|
Burung kipas biru
|
59
|
Mycteria cinerea
|
Bangau putih susu, Bluwok
|
60
|
Nectariniidae
|
Burung madu, Jantingan, Klaces
(semua jenis dari famili Nectariniidae)
|
61
|
Numenius spp.
|
Gagajahan
(semua jenis dari
genus Numenius)
|
62
|
Nycticorax caledonicus
|
Kowak merah
|
63
|
Otus migicus beccarii
|
Burung hantu Biak
|
64
|
Pandionidae
|
Burung alap-alap, Elang
(semua jenis dari famili Pandionidae)
|
65
|
Paradiseidae
|
Burung cendrawasih
(semua jenis dari
famili Paradiseidae)
|
66
|
||
67
|
Pelecanidae
|
Gangsa laut
(semua jenis dari
famili Pelecanidae)
|
68
|
Pittidae
|
Burung paok, Burung cacing
(semua jenis dari famili Pittidae)
|
69
|
Plegadis falcinellus
|
Ibis hitam, Roko-roko
|
70
|
Polyplectron malacense
|
Merak kerdil
|
71
|
Probosciger aterrimus
|
Kakatua raja, Kakatua hitam
|
72
|
Psaltria exilis
|
Glatik kecil, Glatik gunung
|
73
|
Pseudibis davisoni
|
Ibis hitam punggung putih
|
74
|
Psittrichas fulgidus
|
Kasturi raja, Betet besar
|
75
|
Ptilonorhynchidae
|
Burung namdur, Burung dewata
|
76
|
Rhipidura euryura
|
Burung kipas perut putih, Kipas gunung
|
77
|
Rhipidura javanica
|
Burung kipas
|
78
|
Rhipidura phoenicura
|
Burung kipas ekor merah
|
79
|
Satchyris grammiceps
|
Burung tepus dada putih
|
80
|
Satchyris melanothorax
|
Burung tepus pipi perak
|
81
|
Sterna zimmermanni
|
Dara laut berjambul
|
82
|
Sternidae
|
Burung dara laut
(semua jenis dari
famili Sternidae)
|
83
|
Sturnus melanopterus
|
Jalak putih, Kaleng putih
|
84
|
Sula abbotti
|
Gangsa batu aboti
|
85
|
Sula dactylatra
|
Gangsa batu muka biru
|
86
|
Sula leucogaster
|
Gangsa batu
|
87
|
Sula sula
|
Gangsa batu kaki merah
|
88
|
Tanygnathus sumatranus
|
Nuri Sulawesi
|
89
|
Threskiornis aethiopicus
|
Ibis putih, Platuk besi
|
90
|
Trichoglossus ornatus
|
Kasturi Sulawesi
|
91
|
Tringa guttifer
|
Trinil tutul
|
92
|
Trogonidae
|
Kasumba, Suruku, Burung luntur
|
93
|
Vanellus macropterus
|
Trulek ekor putih
|
Larangan –larangan yang lebih jelas untuk satwa dan tumbuhan yang dilindungi terdapat dalam UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam Pasal 21 (2) UU No 5 Tahun 1990 bahwa, Setiap orang dilarang untuk:
1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,
memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi
dalam keadaan hidup;
2. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;
3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu
tempat di indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar indonesia;
4. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki
kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang
yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat
di indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar indonesia;
5. Mengambil, merusak, memusnahkan,
memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang
dillindungi.
Pelanggaran terhadap peraturan tersebut telah ditetapkan
dalam pasal 40 dari UU tersebut. Sanksi atau ancaman pidana yang dikenakan dicantumkan
dalam Bab XII (Ketentuan Pidana), pada Pasal 40 (2) yang berisi:
“Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
“Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
**Nabil**
Sumber:
1.
http://bplhd.jakarta.go.id
2.
http://mediakonservasi.org
3. UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar